PENDAHULUAN
A. JUDUL
Teknologi pengawetan tahu dengan menggunakan kulit udang
B. LATAR
BELAKANG PERMASALAHAN
Indonesia merupakan
salahsatu negara yang wilayah utama nya terdiri atas kelautan,begitu banyak
hewan laut yang dapat kita manfaatkan guna menunjang gizi bagi negara kita yang
mana setiap tahun terus selalu mengalami penurunan diantaranya adalah
ikan,kepiting,kerang serta udang . ( anonim 2011)
Udang
merupakan salah satu hewan laut yang mana mengandung banyak protein,lemak dan
mengandung zat mineral seperti zat kapur dan fosfor dan pengolahan udangpun
dapat dilakukan dengan mudah dan cepat .
Pada
saat ini sudah banyak pabrik-pabrik yang mengelola udang untuk menjadi bahan
makanan siap saji akan tetapi kulit luar dari udang sering dibuang dan
menjadikan bahan limbah yang cukup berbahaya. Hal ini dikarenakan bahwa kurang
nya pengetahuan tentang fungsi dari kuliat luar udang tersebut yang mana
sebenarnya terdapat senyawa chitin
yang dapat diubah menjadi chitosan .(haryani
dkk 2007)
Chitin adalah polisakarida struktural
yang digunakan untuk menyusun eksoskleton dari artropoda (serangga, laba-laba,
krustase, dan hewan-hewan lain sejenis).
Kitin tergolong homopolisakarida linear yang tersusun atas residu
N-asetilglukosamin pada rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa
dengan cabang yang mengandung nitrogen. (anonim 2011)
Untuk
mengubah senyawa chitin menjadi chitosan mengalami beberapa tahap yang pertama
dengan pelepasan cangkang udang dengan melalui proses pemisahan protein,dan
pemisahan mineral lalu dilanjutkan dengan tahap deasetilasi untuk mendapatkan
chitosan yang dapat digunakan sebagai pengawet sehiingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.(wardaniati 2009)
Tahu
merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat diindonesia dan sudah
menjadi sangat populer didunia karena terbuat dari keledai dengan kalori rendah
tidak memberatkan lambung serta meiliki protein yang tinggi.( winarno 1993)
Daya
simpan tahu memiliki tingkat keawetan
yang sangat rendah yang hanya bertahan sekitar 2 hari maka dari itu kita
menggunakan teknologi pengawetan tahu secara alami yang dapat meningkatkan
protein tahu tersebut yaitu dengan menggunakan chitosan .
C. RUMUSAN
MASALAH
Permasalahan yang dapat kita lihat dari kasus ini adalah
1. Bagaimana
proses mekanisme chitosan dalam produksi
pengawetan tahu.
2. Apakah
pemberian chitosan dapat meningkatkan nilai protein dari tahu
3. Apakah
pemberian chitosan akan berdampak buruk terhadap struktur isi tahu tersebut
D. TUJUAN
Tujuan diadakannya teknologi ini adalah
1. Mengetahui
bagaimana terjadinya mekanisme pengawetan secara alami dengan menggunakan teknologi
chitosan yang berbahan dasar cangkang udang.
2. Dapat
mengetahui bahwa selain digunakan untuk pengawetan,teknologi chitosan juga
dapat meningkatkan nilai protein dari tahu .
3. Kegunaan
dari teknologi pengawatan dengan menggunakan cangkang udang atau chitosan
PEMBAHASAN
Teknologi rekayasa chitosan merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk dapat mengawetkan tahu agar betahan lama serta dapat
meningkatkan nilai protein yang terdapat pada tahu tersebut.
Teknologi rekayasa citosan pun dapat diakukan dengan mudah
yaitu proses-proses pelepasan protein (deproteinase) lalu proses pemisahan
mineral (demineralisasi) yang dapat melepaskan udang dari cangkang nya. Untuk
memperoleh chitosan itu sendiripun dilanjutkan dengan proses deastilisasi. Lalu setelah itu baru dicampurkan dengan
kacang kedelai yang akan digunakan untuk membuat tahu .
Cara pengawetan tahu dengan menggunakan teknologi
chitosan dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan pencampuran dan perendaman,yang
mana pencampuran dilakukan dengan mencampurkan hasil chitosan yang telah jadi
dengan tumbukan kacang kedelai yang akan digunakan untuk membuat tahu.
Sedangkat dengan cara perendaman yaitu dengan merendam tahun tersebut kedalam
chitosan.
Menurut penelitan perendaman
dengan menggunakan chitosan memberikan hasil yang berasa,bau dan memiliki
tekstur yang sama dengan tahu yang tidak direndam dengan chitosan sehingga
maupun diberikan tambahan berupa perendaman chitosan sebesar 1,5% tidak terjadi
perubahan isi dari struktur tahu tersebut dan dapat bertahan lebih lama selama
3 hari dibandingkan dengan tahu yang tidak diberikan chitosan (hardjito 2006)
Menurut
Hardjito (2009) chitosan memiliki beberapa manfaat sebagai berikut
:
1.
Penggunaan chitosan pada produk pangan dapat menghindarkan konsumen dari kemungkinan
terjangkit penyakit typhus, karena chitosan dapat menghambat
pertumbuhan berbagai mikroba patogen penyebab penyakit typhus seperti Salmonella
enterica, S. enterica var. Paratyphi-A dan S. enterica var. Paratyphi-B.
Chitosan juga dapat menghambat perbanyakan sel kanker lambung manusia dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Chitosan telah mendapatkan persetujuan dari BPOM
No.HK.00.05.52.6581 untuk digunakan dalam produk pangan. Di Amerika chitosan
telah mendapat pengesahan sebagai produk GRAS (Generally Recognised As Safe)
oleh FDA.
2.
Chitosan dapat menjerat lemak (fat absorber) dan mengeluarkannya
bersama kotoran karena chitosan sebagai serat tidak dapat dicerna oleh
tubuh, sehingga penggunaan chitosan akan mengurangi resiko terkena
kolesterol tinggi
3. Berfungsi
sebagai pelembab, antioksidan, tabir surya pada produk kosmetik .
PENUTUPAN
A. SIMPULAN
Teknologi chitosan merupakan
salah satu pengawet alami yang dapat digunakan untuk tahu agar tahan lama tidak
hanya tahu untuk makanan sejenis lain nya juga bisa mnggunakan chitosan untuk
mengawetkan nya serta dapat menambah nilai protein dari makanan tersebut. Hal
ini dikarenakan cangkang udang yang merupakan bahan utama dari chitosan sudah
memiliki banyak protein dan juga chitosan dapat menghambat pertumbuhan mikroba
sehingga makanan dapat bertahan lama .
B. SARAN
Dengan melihat hasil dari
penelitian enggunakan teknologi chitosan kita dapat menemukan cara pengawetan secara alami yang
tidak merusak nilai gizi sehingga mulai saat ini kita dapat menggunakan chitosan
untuk mengawetkan makanan yang dapat meningkatkan nilai protein dan juga kita
dapat mengurangi limbah cangkang udang yang berbahaya jika dibiarkan menumpuk .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2011. Chitin
and chitosan (online),( http://id.wikipedia.org/wiki/Kitin.
diakses 3 juni 20011)
Campbell, NA. Biologi
(edisi ke-Edisi ke-5, Jilid 1, diterjemahkan oleh R. Lestari dkk.). Jakarta:
Erlangga. hlm. hlm. 69-70
Hardjito, L.
2006. Chitosan Lebih Awet dan Aman (online), (http://www.mail-archive.com/majelismuda@yahoogroups.com/msg00980
html. Diakses 3
juni 2011).
Haryani, K
dan Budiyati. 2007. Khitosan dari Kulit Udang untuk Mengadsorbsi Logam Krom
(Cr6+) dan Tembaga (Cu) (online), Vol. 11 No.2 (http://eprints.undip.ac.id/2175/1/Artikel_Kristinah_UNDIP_7.pdf.
Diakses 3 juni 2011).
Wardaniati,
R.A dan Sugiyani S. 2009. Pembuatan Chitosan dari Kulit Udang dan
Aplikasinya untuk Pengawetan Bakso. Makalah Penelitian, (online), (http://eprints.undip.ac.id/1718/1/makalah_penelitian_fix.pdf
, diakses, 3 juni 2011).
Winarno,
F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
0 komentar:
Posting Komentar